dan kerajinan dari kayu bekas . Sekelompok pemuda dari Desa Kandri, Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, mengkreasi kerajinan unik dari sampah kayu atau sampah organik dari pepohonan yang sudah mengering. “Pertama (terpikir, red.), lihat sampah-sampah organik banyak di sana (Desa Kandri, red.),” kata Muhammad Nur Husaini, pemuda Desa Kandri yang berkreasi dari sampah organik itu di Semarang, Selasa. Seringnya melihat tumpukan kayu-kayu dan daun kering di sekitarnya, pria yang akrab disapa Saddam itu terpikir untuk mengolahnya menjadi produk kerajinan yang unik dan tentunya memiliki nilai jual. Dari beberapa kali melakukan percobaan, akhirnya dirinya menemukan hasil kreasi yang unik berupa hiasan dengan berbagai ornamen unik berbentuk petani yang tengah beraktivitas lengkap dengan peralatannya. “Saya kumpulkan (potongan, red.) kayu-kayu yang bentuknya unik, daun-daun kering. Saya coba susun-susun, kurang bagus, saya coba lagi. Sampai jadi seperti ini,” katanya, seraya memperlihatkan hasil karyanya. Dimulai sejak 2013, pria berkaca mata itu memulai kreasinya seorang diri hingga kemudian bisa mengajak kawan-kawannya dengan menamakan bengkel produksinya “Kandri Ethnic”, sesuai dengan nama desanya dengan hiasan kamar dari barang bekas. “Kurang lebih ada 12-an model (hiasan, red.) produk. Macem-macem bentuknya. Pemasarannya, sementara ini di rumah karena banyak wisatawan yang berkunjung. Saya manfaatkan untuk memasarkan produk,” katanya. Tak hanya mengandalkan kunjungan wisatawan, Saddam pun sudah melakukan pemasaran secara “online” dengan bantuan teman-temannya hingga produknya ada yang pernah dibeli orang dari Jepang dan Jerman. “Ada empat kawan yang membantu saya. Ada yang bagian memasarkan (pemasaran, red.), fotografer, dan sebagainya. Sejauh ini, saya fokus ini (kerajinan, red.),” kata pria yang juga jago melukis itu. Mengenai omzet yang didapatkannya dari usaha kreatifnya, pemilik nomor kontak 08571-3172-444 itu mengakui cukup lumayan untuk mencukupi kebutuhan meski tidak mesti setiap hari produknya terjual. “Ya, namanya seniman. Kalau barang tidak laku tidak makan, kalau laku, ya, makan. Setiap barang terjual, kami bagi hasilnya, kemudian sisanya kami masukkan ke kas untuk membeli peralatan,” katanya. Dalam satu hari, kata dia, setidaknya bisa menghasilkan 3-5 item produk, tetapi jika sudah berbentuk paket atau rangkaian yang menggambarkan aktivitas paling banter sekitar dua item/hari. “Biaya produksinya murak kok. Paling Rp10 ribu cukup (biaya produksi, red.). Namun, setelah menjadi produk kreatif nilai jualnya tentu naik. Paling murah, saya jual Rp50 ribu/item,” pungkas Saddam dan kerajinan kayu bekas. Rencananya, produk-produk unik hasil kreasi pemuda Desa Kandri itu juga bakal ditampilkan dalam stan tersendiri pada Expo Kepemudaan Kota Semarang 2016, 1-2 Oktober mendatang, dari total 36 stan.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorHello, my name is Ranu Syamara Archives
August 2019
Categories |