Dany Anwar: Calon legislatif Janganlah Tebar Visi Misi Seperti Eksekutif, Kita Ini Legislator10/21/2018 Apakah latar belakang serta motivasi untuk terjun ke dunia politik? Saya dahulu kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Tarbiyah tahun 1988. Tarbiyah itu guru, jurusannya IKIP Ilmu dan pengetahuan sosial. Lalu tuntas dari itu, tidak lama, tahun 1998 ada reformasi. Waktu reformasi, kawan-kawan aktivis universitas di mana saya melakukan aktivitas itu lakukan diskusi-diskusi “ini bagaimana kita menanggapi reformasi?” pada akhirnya kita sepakati masuk membuat satu parpol. Sesudah membangun partai, datang waktu nya untuk membuat rincian legislatif, serta saya diserahkan jadi nomer 1 dari propinsi DKI Jakarta. Partainya itu Partai Keadilan. Turut pemilu. Walau sebenarnya saat itu saya cuma untuk ketua partai Keadilan tingkat Kotamadya Jakarta Pusat. Lantas kita kampanye, serta nyatanya saat itu Partai Keadilan mendapatkan 4 kursi di DKI. Kursi yang cukuplah banyak sebab kita partai baru. Jadilah saya anggota DPRD. daftar caleg kota bekasi bisa menjadi acuan kamu. Tragedi Tanjung Priok Motivasinya saat itu sebab memang kan pada saat kita sekolah SMA ataupun kuliah bahkan juga SD, SMP tahun 1984 tuch kan ada pembantaian saat itu di tanjung priok, umat islam, Pak Amir Diki, saat itu saya di Pelajar Islam Indonesia (PII). Jadi kita rasakan begitu penduduk, rakyat Indonesia diperlakukan oleh beberapa penguasanya kok kejam sekali demikian. Sesudah rezim itu roboh, tentu saja, kita berupaya bagaimana agar hal tersebut tidak terulang kembali, lalu kita berusaha bagaimana rakyat itu dapat terwakilkan nada oleh kita pengambil kebijaksanaan saat itu. Bahkan juga kita dapat membuat banyak kebijakan yang kelak nya dapat mensejahterakan mereka begitu. Sebab kita sadar benar jika mensejahterakan rakyat cukup dengan banyak kebijakan yang pro pada mereka. Sesudah jadi anggota DPRD 1999-2004, pada tahun 2004 Partai Keadilan tidak lolos Parliamentary Threshold hingga mesti beganti nama jadi Partai Keadilan Sejahtera. Nah saya kembali di calonkan jadi anggota DPRD, selalu dipilih kembali jadi anggota DPRD. Tahun 2006, saya menjadi ketua komisi E, sukses merangkum kebijaksanaan untuk menggratiskan SD serta SMP di Jakarta. Tahun 2007, saya diserahkan oleh partai jadi calon gubernur DKI bersama dengan Pak Adang Daradjatun. Saya tidak dipilih kalah dari Pak Fauzi Bowo sebab PKS ditemui oleh 21 partai masuk, menghambat saya menjadi wagub. Lantas tahun 2009, saya diserahkan kembali menjadi anggota DPD RI sampai saat ini. Pemerintah Pusat Cukuplah Supervise Sampai saat ini ditambah lagi sesudah saya jadi aggota DPD berkeliling-keliling ke semua nusantara ini, motivasi untuk selalu lanjut masih sama, kita lihat begitu kebijaksanaan otonomi daerah yang dirumuskan oleh DPR serta pemerintah itu seperti macan, tapi sebenarnya ia tidak macan-macan sangat begitu. Sebab sangat banyak persoalan-persoalan itu yang 1/2 hati. Contohnya kementerian-kementerian itu telah di otonomikan tapi masih tetap membuat BLT-BLT di propinsi serta kabupaten . Semestinya semua masalah yang telah diotonomikan itu, pemerintah pusat cuma supervise saja. Pelaksana dalam perihal ini di propinsi serta kota madya, hingga tak perlu kembali anggaran-anggaran di kementerian itu yang besar. Harusnya biaya itu diserahkan pada daerah tingkat propinsi ataupun kota madya. Saya lalu lihat itu serta lihat perihal ini misalnya, penegakan hukum yang jalannya masih tetap tebang pilih, serta lihat masyarakat-masyrakat Indonesia yang tidak kunjung sejahtera. Saya kembali diserahkan oleh PKS menjadi calon legislatif dari DPR RI dapil II. Memang saya tidaklah terlalu focus dengan massa konstituen yang sangat besar di luar negeri itu. Yang pertama sebab saya miliki teman dekat dari sana namanya Dr. Taufik Ramlan, calon legislatif PKS yang memang sampai kini ia urusannya jalinan luar negeri PKS. Jadi saya percayakan saja, nada di luar negeri itu semoga bisa dicapai oleh beliau. Itu salah satunya fakta saya tidak konsentrasi ke luar neegri. Karena itu saya berterimakasih pada Diaspora Pilih untuk memfasilitasi saya berjumpa dengan konstituen di luar negeri itu. Beberapa orang yang masih tetap berpresepsi jika politik itu kotor, terpenting di legislative. Respon bapak tentang ini bagaimana? Sebetulnya itu bergantung orangnya. Saya sebelum jadi anggota legislative serta sesudah jadi anggota legislative saat 15 tahun tidak ada yang beralih. Berarti biasa saja. Saya semacam ini, masih tetap senang naik ojek kemana saja, bertemu sama penduduk, bergaul dengan mereka keseharian, tinggal di kampung semacam ini, berarti ikut bertetangga, lakukan pertemuan dengan orang, sholat berjamaah di masjid, dengar keluh kesah mereka, bersilaturahim demikian, tidak ada yang beralih dari diri saya, meskipun saya telah 15 tahun jadi anggota legislatif. Tidak gunakan mobil elegan, mobil hanya satu. Tabungan di bank dapat di monitor dengan PPATK, jumlahnya ikut tidak lebih dari 1 milyar. Jadi bergantung orangnya bagaimana kita menanggapi. Sebenarnya yang membuat orang itu pesimis pada anggota legislatif itu umumnya anggota legislatif nya lakukan pergantian pada skema kehidupannya hingga ia ingin berpenampilan elegan, makanan, minuman, langsung ubah mobil elegan. Saya ini orang sulit mbak. Semenjak kecil usia setahun telah ditinggal Bapak. Ibu saya tuch nge-warung membesarkan saya, sampai sekarang ini masih tetap nge-warung. Jadi jika kamu ngelewatin warung yang di deket sini, itu Ibu saya yang nge-warung. Jadi saya tidak sempat beralih. Sebab saya orang sulit, kuliah ikut sekalian dorong gerobak mie ayam, jadi ngapain belagu-belagu. Apakah Visi/Misi/ Program? Saya senang heran dengan calon legislatif yang berkampanye seolah ia ingin jadi eksekutif. Saya bingung bagaimana ia mewujudkan itu nanti, walau sebenarnya cuma jadi legislative. Karena itu prinsip saya hanya empat saja yang saya berikan pada pendukung-pendukung saya di Jakarta Pusat serta Jakarta Selatan. Satu tidak korupsi, serta itu telah saya tunjukkan 15 tahun tidak korupsi waktu jadi anggota legislatif. Yang ke-2, lakukan pertemuan dengan mereka tujuh bulan sekali. Saat saya jadi anggota DPD, telah lebih dari 300 titik yang saya kunjungi. Yang ke-3, memperjuangkan masukan mereka. Serta yang ke empat menyertakan mereka dalam program-program pemberdayaan, Contohnya: Bila ada publikasi Undang-udang mengenai suatu, jadi simpatisan saya akan dilibatkan jadi pesertanya. Akan ada publikasi 4 pilar kehidupan berbangsa serta bernegara. Mereka menjadi pesertanya. Selalu mereka ikut kita sertakan bila ada publikasi penanggulangan musibah contohnya. Tentu saja sesuai dengan klasifikasi serta kriteria yang ada. Apakah rintangan mencapai pemilih diaspora? Jika saya sebenarnya masalah dana. Sebab saya mesti hadir ke sana bertemu sama mereka, butuh waktu panjang, sesaat saya masih tetap menjabat, serta ada banyak tugas-tugas legislasi serta advokasi yang perlu saya kerjakan. Yang ke-2, saya lihat pengawasan pada pelaksanaan penentuan umum disana, saya pesimis duluan. Saya pesimisnya berikut “Ah ini bisa- bisanya orang spesifik saja” yang mainkan ini, pada akhirnya orang yang miliki akses ke KBRI atau penguasa. Sebab kertas nada diantar lewat post, kebanyakan jalurnya. Nah sulit. Ke-3, masalah dana, bagaimana mengamati itu semua, sesaat mereka menyebar di semua belahan dunia. Meskipun sebagian besar berada di Hong Kong, di Malaysia, tetapi berada di Arab Saudi, berada di Afrika selatan. Pada akhirnya saya, yasudahlah, kita terlepas saja yang luar negeri, walupun jumlahnya suaranya besar sekali. Kita percayakan pada kawan-kawan yang telah mengatasi dari pertama. Jika menurut Bapak, pihak manakah yang sangat bertanggungjawab, nada di luar negeri terlibat dimana saja? Sebenarnya tidak ada yang salah. Serta memang jadi pekerjaan parpol untuk lakukan pembinaan pada WNI yang berada di luar negeri dengan terus-terusan. Ini rintangan parpol, terpenting partai politik saya. Memang benar ada kader-kader dari partai saya yang lalu berkiprah di luar, contohnya seperti di Jerman, di Inggris, Australia, serta Selandia Baru. Tapi daya jangkau hanya terbatas. Semestinya semua partai semacam itu, lakukan pemberdayaan pada penduduk kita yang berada di luar negeri. Nah ini rintangan buat partai politik untuk lakukan pemberdayaan semacam itu. Serta mesti membagun skema yang tidak gampang dimanipulasi. Kebijaksanaan KPU sesuaikan waktu nyoblos dengan hari libur telah baik untuk menggerakkan penduduk supaya pilih. Serta e-voting mungkin mesti digagas. Adakah pesan-pesan pada pemilih diaspora? Kawan-kawan di luar negeri mesti pilih. Sebab nada mereka memastikan nasib negeri ini. Cermat lah beberapa calon itu. Saya tidak minta mereka pilih PKS, silakan pilih yang menurut rekan-rekan trek recordnya baik, ingin kerja keras, dan jujur.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorHello, my name is Ranu Syamara Archives
August 2019
Categories |